Asmaul Husna Memudahkan Akalku Mengenal Hakikat Beragama Secara Spiritual
AHQNews - Sebuah perjalanan hidup yang tak pernah saya pikirkan dan bayangkan, selama puluhan tahun. Saya menjalani hidup dengan pengetahuan ilmu agama, kala itu, hanya terpaku pada ritualitas ibadah dan terfokus pada imbalan pahala. Tak ada tujuan dan parameter pasti dalam menjalani rutinitas dan ritual ibadah (agama). Suatu waktu, saya dipertemukan seseorang oleh seorang teman, yang kini menjadi guru mursyid saya, yang membuka mindset saya terhadap bagaimana belajar agama secara mudah tapi sangat mendasar. Saya dibukakan pengetahuan berbasis ayat Allah tentang bagaimana memahami kesifatan-kesifatan yang ada dalam diri. Bahwa, kesombongan diri yang hampir tak pernah saya sadari, adalah sifat yang sangat melekat pada iblis. Di situlah saya tersadarkan, bahwa saya sombong berarti saya mensifati iblis. Ada 4 sifat utama dimiliki setiap manusia, yakni Ketuhanan, Malaikat (ketaatan), Binatang (tak tahu aturan), dan Iblis (kesombongan). Kesadaran akan 4 sifat itu harus dipahami dan jadi pedoman dalam meniti kehidupan di dunia ini. Bagaimana diri harus selalu membersamai sifat-sifat Tuhan dan Ketaatan, yakni menumbuhkan sifat Kasih Sayang dan Ketaatan kepada semua aturan Tuhan. Dua sifat buruk, yakni Binatang dan Iblis, harus dihilangkan dari dalam diri -pikiran, jiwa dan hati. Sang guru memberikan ilmu bagaimana diri bisa mensifati sifat-sifat Ketuhanan melalui nama-nama agung Allah, yakni 99 Asmaul Husna. Selama ini, saya tak pernah menyadari bahwa sesungguhnya Tuhan telah ada di setiap gerak hidup saya. Pertama kali, saya dibukakan tentang kebiasaan berpikir dan berperilaku dalam Asma Allah Al Hasiib, yaitu Maha Menghitung. Benar, selama ini setiap saya melakukan sesuatu harus berhitung tentang untung dan rugi. Dalam pikiran saya pun, perhitungan menjadi pertimbangan setiap saya mau melakukan sesuatu. Melalui pemahaman dan aplikasi dalam kehidupan berbasis Asmaul Husna, yang akhirnya di-created dalam ilmu AHQ (Asmaul Husna Quotient) oleh Sang Guru, kita diajarkan agar selalu menghadirkan Tuhan, dalam kondisi apapun. Ada 99 asma Tuhan dalam semua kesifatan diri kita. Dan, kita harus menyadari bahwa setiap yang terjadi dalam kehidupan kita adalah karena Tuhan yang menggerakkan. Adalah Al Muiz, Yang Maha Memuliakan, yang harus saya implan melalui dzikir dan wujudkan dalam perilaku saya, mulai penanaman di pikiran, kalimat, jiwa, hati, dan perilaku. Saya harus bisa memuliakan orang lain, jika saya ingin dimuliakan Allah bersama Al MuizNya. Selama ini, tanpa saya sadari, saya memandang dan menghargai orang lain hanya bergantung pada pandangan fisik saya. Jika sesuai kepentingan (nafsu) saya, baru saya mau menghargai orang lain. Dampak negatifnya yang terjadi pada diri saya pun saya alami, yakni kehidupan saya lebih mudah diremehkan oleh orang lain. Kekecewaan terus saja muncul setiap ekspektasi saya terhadap orang lain tak sesuai yang saya inginkan. Jiwa dan hati pun saya rasakan tak ada ketenangan dan kedamaian. Namun, setelah dibukakan konsep Asmaul Husna (AHQ), baru lah saya menyadari cara hidup saya salah. Apalagi, ada Asma Al Affuw, Maha Pemaaf. Agar saya bisa dimuliakan Tuhan, dalam aplikasi hidup, saya juga harus mampu mudah memberi maaf kepada orang-orang yang memandang remeh. Rangkaian konsep Asma Tuhan sangat masuk akal, yakni jika saya ingin dimuliakan Tuhan, selain harus mampu memuliakan orang lain, juga harus mampu memaafkan setiap kesalahan orang lain terhadap saya. Betapa susahnya saya memberikan maaf orang yang telah berbuat salah kepada saya. Saya akan memaafkan jika orang itu meminta maaf atas kesalahannya. Mindset inilah yang saya ubah, agar saya juga mendapatkan maaf dari Allah atas kesalahan dan dosa saya. Hingga akhirnya, saya merasakan kemuliaan Allah diberikan dari orang lain yang menghargai saya, orang lain tak lagi memandang remeh kita. Dengan petunjuk dan bimbingan Guru Mursyid, saya menjadi bisa mengukur diri bagaimana proses Asma Al Muiz, juga Al Affuw saya. Betapa konsep ini sangat mudah kita pahami dan jalani. Kita tinggal konsisten dan berkomitmen agar kita bisa membangung koneksi dengan Tuhan. Lebih dari itu, dengan kita mengenal kesifatan Asma-Asma Tuhan secara mendalam, serta mengaplikasikannya dalam setiap gerak kehidupan kita, kita pun akan mengenal siapa diri kita sesungguhnya. Lebih dahsyatnya, saat kita mengenal diri kita, di sanalah ada kita mengenal siapa Tuhan kita. Dengan konsep AHQ ini pula, kita akan menjadi fokus memperbaiki diri kita, kita tak lagi punya waktu menyalahkan orang lain. Dengan begitu, Tuhan pun memberikan kita kemuliaan dalam kehidupan kita. Karena, kehadiran Tuhan bisa benar-benar kita rasakan. Kita pun jadi lebih hati-hati untuk selalu berbuat baik, sebab Tuhan mengawasi kita secara langsung melalui cahaya-cahaya AsmaNya. (ahq)
STORY
Agus Wahyu Triwibowo, Jurnalis dari Yogyakarta
6/26/20251 min baca


Konten postingan