Kiriman Penulis

Saat Semua Pergi, Allah Masih Di Sini

AHQNews - Dulu aku adalah orang yang penuh prasangka. Setiap hal kecil mudah membuatku berpikir yang buruk. Aku sering overthinking, mengarang cerita sendiri dalam kepalaku, dan tak jarang, mulutku ikut menyakiti—meski tak selalu aku sadari. Hari-hariku sibuk mengejar dunia. Uang, jabatan, proyek, reputasi—semuanya berlomba aku genggam. Aku merasa berjasa. Aku bangga karena merasa banyak membantu orang lain. Tapi dalam diam, kesombongan itu tumbuh… perlahan, tapi pasti. Sampai akhirnya, semua itu runtuh. Bisnis ambruk, Hubungan retak, Orang-orang menjauh, Tak ada lagi tepuk tangan, Tak ada lagi sanjungan. Yang tersisa hanya aku… dan kesepian yang menusuk. Tapi justru di titik paling rendah itu, aku merasakan sesuatu yang tak pernah kutemukan sebelumnya: "Pelukan lembut dari Yang Maha Kasih."

Bukan berupa mukjizat besar, tapi ketenangan kecil yang menetes perlahan di dadaku. Ada bisikan di hati, seolah berkata:
"Aku tidak pernah meninggalkanmu. "Aku hanya menunggumu kembali."

Dari situ aku mulai membuka diri pada Asmaul Husna. Tiap nama-Nya… seakan bercerita tentang diriku. Ada Al-Lathiif yang menenangkan. Ada Al-Ghaffar yang memeluk kesalahanku. Ada Ar-Razzaq yang tetap memberi, meski aku sering lupa bersyukur.

Aku baru sadar, segala pencapaian dulu bukan semata karena kerja kerasku, tapi karena kasih sayang Allah yang menuntunku dalam diam. Sekarang, aku masih terus bekerja, masih berkarya… tapi tidak lagi dengan rasa memiliki, melainkan dengan rasa menitipkan. Setiap langkahku, setiap helaan napasku, aku tahu… "Dia selalu hadir."

Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi, Bahwa sejatuh-jatuhnya manusia, selama hatinya masih mencari, Allah akan selalu menyambutnya kembali. (*)

Ahda Yamien - Jakarta | 24 Juni 2025

Menyadari Kehendak Allah Dalam Kehidupan Kita

AHQNews - Sedikit sekali orang paham tentang apa Kehendak Allah terhadap diri kita, Banyak orang berjalan dalam kehidupannya atas kehendak dirinya, atas keinginan (Nafsu) dirinya.

Untuk itu, akhinya banyak orang mengalami dan menemui banyak masalah dalam kehidupannya. AHQ-Asmaul Husna Quotient, adalah sebuah metodologi atau konsep terbarukan dan inovatif yang mengajarkan kita untuk membuka kesadaran diri kita atas Kehendak Allah atas kehidupan kita.

Dengan memahamkan Cahaya Manusia (Nur Insani) yang ada di dalam diri, kita akan terkoneksi dengan Nur Ilahi. Sehingga, kita akan menyadari perilaku kebaikan yang selama ini kita lakukan,

Pada hakikatnya hal itu karena di dalam diri kita ada Dzat Cahaya Asma Allah, sehingga bukan lantaran keakuan diri kita. Dan, jika menyadari hal itu niscaya kita akan mensyukuri atas itu.

Jika kita masih belum optimal melakukannya kita pun akan dibimbing bagaimana cara mengoptimalisasi Cahaya Asma tersebut, agar menjadi perilaku dan kesifatan kita dalam kesehariannya, selain sebagai maping kehidupan kita kedepannya. Artinya, kita hidup sudah dibekali dengan ‘Kitab Kehidupan’ melalui AHQ yang sudah terkonsep dan terstruktur.

Karena itu, kita akan menjalani kehidupan pada hari ini dan masa mendatang, sudah memahami dan menyadari bagaimana kehendak Allah atas kehidupan kita dengan mengaplikasikan kesifatan-kesifatan Asthma-AsmaNya. (*)

Tri Harso ‘Kang Bedjo’ Wibowo, Yogyakarta 28 Juni 2025

Mengelola Emosi Dengan Pendekatan Asmaul Husna: Studi Atas Asma Ar-Rahman dan Ar-Rahim Dalam Mengembangkan Empati

TULISAN ini membahas bagaimana Asmaul Husna, khususnya Asma Allah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, sebagai wacana dalam mengelola emosi dan meningkatkan empati serta kasih sayang. Emosi yang dikelola dengan bijaksana merupakan elemen penting dalam menjaga perkembangan rohani, keharmonisan diri dan hubungan sosial.

Pengelolaan emosi merupakan keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari. Ketidakmampuan mengendalikan emosi dapat berdampak buruk pada kesehatan mental rohani, hubungan sosial, dan produktivitas seseorang.

Dalam Islam, manusia dianjurkan untuk meneladani sifat-sifat Allah, yang terwujud dalam Asmaul Husna. Asmaul Husna yang terdiri 99 nama Allah yang indah, menggambarkan kebesaranNya, kasih sayangNya, dan kebijaksanaanNya. Dengan memahami dan menerapkan konsep Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang), harapannya kita dapat mengelola emosi kita secara baik.

Pendahuluan

Emosi, adalah reaksi kompleks yang melibatkan aspek fisik, kognitif, dan perilaku manusia. Emosi dapat berupa perasaan positif seperti cinta dan kebahagiaan, maupun perasaan negatif, semisal marah, takut, dan sedih, Meyer (1997).

Kecerdasan emosional, menurut Daniel Goleman, meliputi kemampuan mengenali, memahami, dan mengelola emosi sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosional ini penting untuk mengendalikan impuls (gerak hati yang muncul tiba-tiba untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan), memperbaiki hubungan, dan mengatasi stres.

Di antara aspek penting dalam kecerdasan emosional adalah empati, yang melibatkan kemampuan untuk memahami dan merasakan kondisi emosional orang lain, Goleman (1995).

Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, kemampuan mengelola emosi menjadi keterampilan penting untuk menjaga kesehatan mental rohani dan membangun hubungan sosial yang sehat. Islam sebagai agama yang universal memberikan panduan untuk menghadapi tantangan ini melalui penghayatan dan penerapan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna. Dan, di antara sifat Asma Allah yang sangat relevan untuk pengelolaan emosi adalah kasih sayang, Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Dalam sifat ini menunjukkan aspek kasih sayang Allah yang tidak terbatas (Ar-Rahman) dan kasih sayang khusus kepada hamba-hamba yang beriman (Ar-Rahim). Meneladani sifat ini dapat membantu manusia mengembangkan empati, yaitu kemampuan memahami dan merasakan emosi orang lain.

Islam mengajarkan pentingnya empati sebagai bentuk hubungan yang harmonis antar manusia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah seseorang benar-benar beriman hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam Asmaul Husna, khususnya Ar-Rahman dan Ar-Rahim, menjadi sumber inspirasi utama untuk membangun empati dalam kehidupan sehari-hari.

Asma Ar-Rahman dan Ar-Rahim

Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang indah yang mewakili berbagai sifatNya. Dalam konteks pengelolaan emosi, di sini kita hanya akan fokus pada asma Ar-Rahman dan Ar-Rahim, yang berarti Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

1. Ar-Rahman: Maha Pengasih

Sifat Ar-Rahman mencerminkan kasih sayang Allah yang meliputi semua makhlukNya, tanpa diskriminasi. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa Ar-Rahman adalah kasih sayang yang melingkupi segala sesuatu, baik yang beriman maupun tidak beriman.

Meneladani Ar-Rahman berarti membangun kasih sayang tanpa syarat kepada sesama. Ini termasuk menunjukkan toleransi, memahami perbedaan, dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam konteks empati, Ar-Rahman mendorong individu untuk merasakan penderitaan orang lain dan memberikan dukungan yang tulus.

Ar-Rahman, adalah sifat Allah yang menunjukkan kasih sayang tanpa batas kepada seluruh makhluk, tanpa memandang perbuatan mereka. Meneladani sifat Ar-Rahman berarti menumbuhkan kasih sayang dalam diri kita. Kasih sayang membantu kita lebih mudah memaafkan, mengurangi kemarahan, dan lebih empati terhadap perasaan orang lain.

Ar-Rahman, adalah salah satu nama Allah yang paling indah dan penuh makna, mencerminkan kasih sayangNya yang meliputi segala sesuatu. Memahami dan menghayati nama ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan, berusaha meneladani kasih sayang Allah dalam kehidupan sehari-hari, serta senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah dan amal saleh, Gus Salam (2022).

Dalam kitab suci Al Qur’an, Allah Swt mengabadikan asma Ar Rahman dalam bentuk Surah ke 55, yaitu Surah Ar Rahman, sebagai bahan pembelajaran manusia menemukan kesadaran tentang kasih Allah kepada kita sebagai manusia yang berakal, beriman dan bertaqwa. Bahwasanya, segala bentuk kasih yang ada dimuka bumi hakikatnya berasal dari Allah Swt yang ber-asma Ar Rahman.

2. Ar-Rahim: Maha Penyayang

Ar-Rahim adalah satu di antara nama Allah yang menunjukkan kasih sayang Allah yang khusus kepada makhlukNya, terutama kepada hamba-hamba yang beriman. Secara linguistik, Ar-Rahim berasal dari akar kata Arab رَحِمَ (rahima) yang berarti ‘kasih sayang’ atau ‘lembut hati’.

Nama ini sering disebut beriringan dengan Ar-Rahman, misalnya dalam kata Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) menunjukkan, kedalaman dan keistimewaan kasih sayang Allah.

Imam Al-Ghazali dalam Al-Maqsad al-Asna, Ar-Rahim adalah kasih sayang Allah yang ditujukan untuk keberlanjutan dan kebaikan di akhirat bagi hamba-hamba-Nya yang taat. Sifat Ar-Rahim menggambarkan bagaimana kasih sayang Allah yang khusus kepada hamba-hamba yang beriman.

Al-Qurtubi menjelaskan, bahwa kasih sayang ini lebih personal dan mendalam, diberikan kepada mereka yang mendekatkan diri kepada Allah melalui iman dan amal saleh.

Sebagaimana Allah berfirman:

"… Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ahzab: 43)

Orang yang sering berzikir dengan asma Ar Rahim, maka biasanya akan muncul atau diperlihatkan warna biru, dari warna biru muda campur putih, terus meningkat dari warna biru bersih sampai warna biru terang benderang. Beruntung seseorang, jika dalam berzikir asma Ar-Rahim ini sampai diperlihatkan cahaya warna biru, karena hal ini adalah alat bukti secara spiritual bahwa Allah sayang kepada anda, Gus Salam (2022).

Mengelola Emosi dan Empati dengan Pendekatan Asmaul Husna

Islam mendorong manusia untuk mengendalikan amarah dan emosi negatif. Rasulullah SAW bersabda:

"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah"* (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan mengingat Ar Rahman, seseorang dapat menenangkan dirinya di tengah kemarahan dengan menumbuhkan kasih sayang kepada orang lain, bahkan ketika menghadapi kesalahan mereka.

Sifat Ar-Rahman mendorong manusia untuk memperlakukan setiap individu dengan rasa hormat dan kasih sayang, sedangkan sifat Ar-Rahim mengajarkan pentingnya mempererat hubungan dengan orang-orang terdekat. Pengelolaan emosi yang baik melalui empati dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial secara keseluruhan.

Dalam pengelolaan emosi, meneladani Ar Rahim berarti membangun hubungan yang erat dan bermakna dengan orang-orang terdekat, cootohnya keluarga dan sahabat.

Empati yang diilhami Ar-Rahim.

Memungkinkan seseorang untuk memberikan perhatian yang lebih mendalam kepada kebutuhan emosional orang-orang di sekitarnya. Empati tumbuh dari kasih sayang yang tulus.

Dengan meneladani Ar-Rahim, seseorang dapat belajar untuk lebih memahami kebutuhan emosional orang lain, sehingga mampu merespons mereka dengan sikap yang penuh perhatian dan cinta. Misalnya, ketika teman menghadapi kesulitan, empati memungkinkan seseorang untuk mendengar tanpa menghakimi dan memberikan dukungan yang tulus.

Empati yang didasarkan pada Ar Rahman dan Ar Rahim tak hanya memperbaiki hubungan sosial, tetapi juga memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan spiritual, misalnya:

  • Mengurangi Stres: Dengan bersikap empati, seseorang mampu melihat situasi dari perspektif yang lebih luas, sehingga mengurangi tekanan emosional.

  • Meningkatkan Kepuasan Hidup: Kasih sayang kepada sesama membawa rasa damai dan kebahagiaan batin.

  • Mendekatkan Diri kepada Allah: Meneladani sifat-sifat Allah memperkuat hubungan spiritual seseorang dengan Sang Pencipta.

Penelitian menunjukkan, bahwa kemampuan mengelola emosi berkaitan erat dengan kesehatan mental. Meneladani sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna, terutama yang terkait kasih sayang, kesabaran, dan kebijaksanaan, dapat membantu seseorang mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Dengan kecerdasan emosional yang tinggi, seseorang juga lebih mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hidup yang penuh tekanan, Zainuddin (2021).

Memahami Asmaul Husna tak hanya bersifat kontemplatif (renungan atau pandangan), tetapi juga memerlukan aplikasi nyata dalam hidup sehari-hari. Aplikasi praktis bisa diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Bila di dalam keluarga, meneladani Ar Rahim dapat memberikan perhatian emosional kita kepada pasangan (suami-istri) dan anak-anak. Sebagai contoh, mendengarkan keluhan anak dengan penuh pengertian dapat memperkuat hubungan emosional dalam keluarga.

Bila di tempat kerja, bisa kita lakukan dengan menunjukkan empati kepada rekan kerja yang sedang menghadapi tekanan, misalnya dengan menawarkan bantuan atau mendengarkan masalah mereka tanpa menghakimi.

Di dalam masyarakat, meneladani Ar-Rahman bisa kita lakukan dengan menunjukkan toleransi dan membantu sesama tanpa memandang latar belakang, suku, agama dan RAS. Misalnya, kita berikan bantuan kepada korban bencana alam hanya dengan satu niat tulus karena Allah Ta’ala.

Kesimpulan

Pengelolaan emosi dengan pendekatan Asmaul Husna, khususnya sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, adalah metode yang efektif untuk mengembangkan empati dan meningkatkan kualitas hubungan sosial yang sejalan dengan ajaran Islam. Dengan memahami dan meneladani sifat kasih sayang Allah, seseorang dapat menjadi pribadi yang lebih pengasih, toleran, dan peduli terhadap orang lain.

Pendekatan ini tak hanya bermanfaat untuk kesehatan mental rohani, tetapi juga membantu individu mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai kebahagiaan yang hakiki. Dalam lingkungan yang penuh tekanan, kecerdasan Asmaul Husna memberi kita solusi holistik dalam menjaga ketenangan hati dan hubungan yang harmonis, baik hubungan kepada Pencipta maupun hubungan kepada sesama makhluk.

Dalam satu di antara buku karyanya, Gus Salam YS menyatakan bahwa setiap Asma dalam Asmaul Husna terdapat Nur Illahi atau cahaya yang berwarna-warni. Dan, itu semua mengandung makna dan gerak (af’al) yang berbeda-beda juga.

Seseorang yang mendapatkan cahaya Ar Rahman dan Ar Rahim akan menyadari sepenuhnya, bahwa sifatnya yang bisa kasih dan sayang kepada semua mahkluk ini datangnya dari Allah SWT, bukan dari dirinya sendiri. Hal ini akan menjadikan seseorang tersebut rendah hati, empati, penuh ketulusan dan semakin menyadari akan kebesaranNya, Gus Salam (2022). (ahqnews)

Referensi :

1. Al-Quran dan Terjemahannya

2. Al-Ghazali, (1995). The Ninety-Nine Beautiful Names of God. Islamic Texts Society.

3. Ibnu Katsir. (2008). Tafsir Al-Quran Al-Azim. Kairo: Dar Al-Ma’rifah.

4. Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. New York: Bantam Books.

5. Meyer, J. D., & Salovey, P. (1997). "Emotional Development and Emotional Intelligence: Educational Implications." Basic Books.

6. Zainuddin, M. (2021). "Efek Pengelolaan Emosi dalam Aspek Kesehatan Mental Menurut Islam." Jurnal Psikologi Islami.

7. Gus Salam YS, (2022). “Cara Mudah Menemukan Jati Diri”. IDEA press

Firman Prabutomo, Yogyakarta, 4 Juli 2025