Bimbing Nafsu Ini: Cahaya yang Menuntun Diri Pulang

Terinspirasi dari Lirik Karya Gus Salam YS

AHQNews - Dalam setiap diri manusia selalu ada dua arus yang bergerak, yakni suara yang mengajak menuju dunia, dan bisikan halus yang mengingatkan jalan pulang kepada Allah.

Dua-duanya bukan musuh, bukan pula kegelapan yang harus dimatikan, melainkan realitas batin yang perlu diarahkan agar kembali pada cahayaNya.

Lirik lagu ‘Bimbing Nafsu Ini’ menggambarkan dengan jernih pergulatan yang hampir semua manusia alami, yaitu dorongan-dorongan dari dalam diri yang kadang terasa memaksa, mengajak, bahkan menyeret pada apa yang kita tahu sesungguhnya bisa menyesatkan hati.

Namun di balik godaan itu, ada pelajaran besar, bahwa Allah selalu memberi peringatan, selalu memberi cahaya, selalu membuka kemungkinan untuk kembali bening.

Nafsu Bukan untuk Dimusuhi

Dalam ajaran para salik, nafsu bukan musuh. Ia adalah potensi mentah. Ia laksana anak kecil dalam diri, akan liar bila dibiarkan, rapuh bila ditinggalkan, namun bisa menjadi kuat dan bermanfaat bila diarahkan.

Inilah makna terdalam dari baitnya:

“Bahwa nafsu harus diarahkan, bukan dimusuhi sepenuhnya.”

Nafsu adalah energi hidup. Ia memberi dorongan untuk bergerak, bekerja, mencipta, berjuang, mencintai, dan bertahan. Tanpa nafsu, manusia hanya akan menjadi makhluk pasif tanpa gairah.

Tetapi bila nafsu memegang kemudi, hidup kita mudah tergelincir mengikuti dunia semu. Karena itu, pintanya sederhana namun dalam, “Ya Allah, tundukkan nafsuku… Jadikan ia kekuatan ketika hati yang memegangnya.”

Ini adalah inti dari kesadaran spiritual, bukan mematikan energi. Namun, menempatkannya tepat di bawah bimbingan hati yang dipenuhi cahaya Allah.

Hati adalah Pengemudi, Nafsu adalah Tenaga

Perubahan tak dimulai dari melawan diri sendiri, melainkan menyinari diri sendiri. Hati yang jernih akan otomatis menenangkan nafsu, batin yang terang akan memimpin dorongan-dorongan dalam diri untuk bergerak ke arah yang benar.

Nafsu yang tunduk pada hati bukanlah ancaman. Ia menjadi kekuatan dan sebuah tenaga untuk menjalankan amanah, ikhtiar, dan perjalanan hidup.

Namun jika cahaya padam, jika hati tertutup debu, nafsu kembali bagaikan anak kecil yang kehilangan arah. Ia mudah tersesat, menggoda, dan menjatuhkan.

Bait terakhir menjadi renungan yang sangat kuat, “Tanpa cahaya dari-Mu, aku mudah jatuh lagi.”

Inilah kejujuran seorang hamba. Inilah permohonan seorang yang ingin kembali penuh kepada Allah.

Menemukan Kesadaran

Lagu ini mengajak kita semua berhenti sejenak, menengok ke dalam, dan bertanya “Siapa yang hari ini sedang memegang kemudi hidup? Hati yang bercahaya atau nafsu yang sedang bergejolak?”

Kita tak diminta menjadi sempurna, hanya diminta sadar;

· Sadar bahwa Allah selalu membuka pintu.

· Sadar bahwa nafsu bisa diarahkan.

· Sadar bahwa hati bisa dibeningkan.

· Sadar bahwa setiap manusia punya kemungkinan untuk kembali didekap cahaya.

Dan di titik hening itu, kita bisa mengucap dengan penuh ketulusan, “Ya Allah, bimbing nafsu ini. Bimbing aku yang sering goyah. Jadikan nafsu ini kekuatan, bukan penguasa. Tundukkan ia di bawah cahayaMu.”

Karena pada akhirnya, perjalanan hidup ini bukan tentang memusuhi diri,melainkan tentang menuntun diri menuju Dia yang Maha Membimbing. (AHQ)

BIMBING NAFSU INI

Karya Gus Salam

Dalam diriku ada suara

Yang selalu ingin dunia

Kadang ingin kuikuti

Meski ku tahu itu sesatkan hati

Namun Engkau beri peringatan

Bahwa nafsu harus diarahkan

Bukan dimusuhi sepenuhnya

Tapi dijaga dengan cahaya

Ya Allah, tundukkan nafsuku

Agar ia tak memimpin hidupku

Jadikan ia kekuatan

Ketika hati yang memegangnya

Ya Allah, jaga jiwaku

Agar tak hanyut oleh dunia semu

Bimbing nafsu ini

Agar tunduk pada-Mu

Bagaikan anak kecil dalam diri

Butuh arah dan disiplin

Tanpa cahaya dariMu

Aku mudah jatuh lagi