Dibimbing Langsung oleh AsmaNya, Ini Kisah Pak Tatok Menemukan Kedekatan dengan Allah Melalui Dzikir Asmaul Husna

Bapak Tatok, seorang jemaah Majelis Taklim AL Ulfah wal Marotib Malang. DOK AHQ CENTER INDONESIA

DI TENGAH kesibukan hidup dan rutinitas dunia yang tak pernah berhenti, seorang jemaah dari Majelis Taklim Al Ulfah wal Marotib Malang, Tatok, menemukan pengalaman ruhani yang mengubah cara pandangnya tentang dzikir dan kehidupan.

Bagi Tatok, Asmaul Husna bukan lagi sekadar rangkaian nama indah Allah, tapi jalan yang benar-benar membimbing dan menuntun langkah.

Awal dari Sebuah Panggilan

“Waktu itu, saya baru mendapat arahan dari Pak Firman dan Pak Tio,” kisah Pak Tatok membuka percakapan.

“Malamnya saya pulang, lalu berdzikir, Ya Rahman, Ya Muhaimin, Dia Yang Maha Memelihara. Saya jalani dzikir itu dengan sepenuh hati,” ucap Tatok melanjutkan kisah nyatanya yang baru saja ia alami dalam dua hari ini. 

Malam itu terasa berbeda. Ada kedamaian yang perlahan tumbuh di dadanya, meski ia tak sepenuhnya mengerti mengapa. Subuhnya, ia kembali berdzikir dengan niat yang lebih dalam. Ia mulai dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, lalu memanjatkan doa niat sederhana, “Ya Allah, saya niat untuk memahami dan lebih dekat denganMu.”

Dalam ketenangan pagi, ia membuka Aplikasi AHQ Mobile di ponselnya, sebuah kebiasaan baru sejak mengenal metode Asmaul Husna Quotient (AHQ) yang dibimbing langsung oleh Gus Salam YS, MPd, Sang Konseptor dan Inovator AHQ. Ia menekan tombol dzikir harian, dan yang muncul pada hari itu adalah Al-Basith, Yang Maha Melapangkan.

“Saya baca perlahan, dan subhanallah,” ujarnya pelan sambil menghela nafas menahan agar airmata tak menetes, “Apa yang saya alami malam sebelumnya, semuanya tertulis di situ. Dari kejadian itu saya dapatkan sampai solusinya pun tertulis di kitab Asmaul Husna ini. Saya langsung merasa Allah menjawab lewat asma itu,” lanjutnya lirih, namun jelas terdengar.

Dzikir yang Hidup dan Menuntun

Sejak hari itu, ia merasa yakin, bahwa dzikir bukan lagi rutinitas. Bagi bapak berusia 60an itu, dzikir menjadi napas kesadaran, menuntun setiap langkah dan keputusan.

Ia mencoba mengapliksikan dzikir pada setiap waktu, seusai shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, hingga Isya. Bahkan, pada malam hari yang sunyi dan tenang, ia meneruskannya hingga shalat sunah Tahajud.

“Apa yang saya dapat dari Allah hari itu, saya amalkan. Dan setiap kali berdzikir, keyakinan saya makin kuat. Saya merasa semakin dekat denganNya, Saya merasakan betul ada Allah dan malaikat mengawasi saya, tapi ketenangan dan kedamaian sangat terasa saya rasakan,” ungkapnya penuh keyakinan, agar kesaksian ruhaninya ini menjadi inspirasi bagi orang lain.

Hingga suatu pagi, ketika ia kembali membuka Aplikasi AHQ, muncul Asma Al Wāsi‘, Allah Yang Maha Luas.

Subhanallah,” kenangnya. “Saya membaca maknanya, dan terasa sekali, Allah itu benar-benar di depan saya,” ucapnya sedikit bergetar, menahan lagi agar tangis pecah pada acara yang juga dihadiri puluhan sesama Jemaah Majelis Taklim Al Ulfah wal Marotib lainnya.

Pagi itu, dzikirnya menjadi perjumpaan batin yang sulit dilukiskan dengan kata. Tatok merasakan kehadiran Allah begitu nyata, sangat lembut, luas, dan menenangkan.

“Saya yakin, apa yang saya baca pasti disaksikan oleh Allah dan para malaikatNya,” ujarnya lirih.

Menemukan Cinta dan Keyakinan Baru

Sejak pengalaman itu, pandangan hidup Tatok berubah. Ia mulai memahami, bahwa setiap asma yang muncul bukan kebetulan, melainkan petunjuk langsung dari Allah sesuai keadaan dirinya saat itu.

“Kalau hari ini saya dapat satu asma, maka hari itu juga Allah sedang mengajari saya sesuatu lewat nama itu. Dan, harus saya jalani kesifatan Asma itu,” tuturnya.

Ia pun menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada Gus Salam YS dengan metode AHQ yang telah memperkenalkannya pada pengalaman dzikir yang hidup.

“Selama ini saya hafal Asmaul Husna, tapi belum pernah merasakan perjalanan ruhani seperti ini. Melalui AHQ, saya benar-benar dibimbing oleh Allah lewat nama-namaNya,” ujarnya dengan mata berbinar.

Menyatu dalam Pasrah

Bagi Tatok, dzikir kini bukan hanya tentang lafaz, tapi tentang rasa dan kepasrahan.

“Ketika kita sedih, Allah dekat. Saat kita bahagia pun, Allah tetap dekat,” katanya.

“Kepada teman-teman, semoga kita istiqomah. Jangan menjauh dari Asmaul Husna. Dzikir bukan hanya diucapkan, tapi harus dirasakan dengan hati, istiqamah, tafakur, dan pasrah total.”

Ia mengakhiri kisahnya dengan kalimat yang sederhana, namun sarat makna. “Saya kini yakin, setiap langkah hidup saya dibimbing oleh Allah lewat Asmaul Husna. Semua yang terjadi, bahkan yang saya anggap kecil, adalah bagian dari kasihNya yang luas dan lembut,” pesannya menutup kesaksian ruhaninya.

Melalui kisah Tatok, kita diingatkan bahwa Asmaul Husna bukan hanya bacaan yang diulang, tapi jalan kesadaran yang menuntun jiwa untuk kembali pulang kepada Allah, Sang Cahaya yang selalu dekat.Sedekat urat leher kita. (AHQNews)