Gus Salam YS: The Living Asma, Jalan Cinta dan Cahaya Allah di Bumi


AHQNews — Penemu Metode Asmaul Husna Quotient (AHQ), Gus Salam YS MPd menjelaskan, konsep The Living Asma sebagai wujud tertinggi kesadaran spiritual manusia yang hidup dalam pancaran Asmaul Husna. Dalam pandangannya, The Living Asma bukan sekadar mengenal nama-nama Allah, tetapi menjadikannya panduan hidup dan sumber energi cinta di setiap langkah kehidupan.
“The Living Asma adalah istilah dalam Asmaul Husna Quotient yang menggambarkan manusia yang hidup dalam kesadaran Asmaul Husna. Ia tidak lagi sekadar mengenal nama-nama Allah, tetapi menjadikannya panduan hidup dan sumber energi cinta,” ungkap Gus Salam.
Menurutnya, setiap nama Allah yang disebut bukan hanya gema di bibir, melainkan denyut yang hidup di dalam hati dan menuntun langkah di bumi. Orang yang telah menjadi The Living Asma berbicara dengan rahmah, bertindak dengan hikmah, dan menghadapi setiap ujian dengan ridha yang meneduhkan.
“Ia tidak terburu-buru menilai, tidak mudah menghakimi, dan tidak tergesa untuk membalas, karena hatinya telah mengenal keseimbangan yang lahir dari kesadaran akan kasih dan kebijaksanaan Allah,” tutur Gus Salam.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa menjadi The Living Asma bukan berarti tanpa kesalahan. Namun, setiap kali seseorang jatuh, ia akan bangkit kembali dengan cinta yang lebih dalam dan kesadaran yang lebih tinggi. Setiap kejatuhan justru menjadi undangan dari Allah untuk mendekat lebih lembut, lebih jujur, dan lebih pasrah.
Menurutnya, orang yang berjalan pada The Living Asma melihat dunia adalah madrasah cinta, di mana tempat setiap peristiwa menjadi pelajaran Ilahi. Setiap interaksi, baik yang menyenangkan maupun menyakitkan, dipandang sebagai kesempatan untuk menampilkan satu sisi dari keindahan Asmaul Husna: kadang Ash Shabur dalam menahan diri, kadang Al Ghafur dalam memaafkan, kadang Ar Rauf dalam memahami.
“Ketika seseorang mencapai tahap ini, hidupnya berubah menjadi doa yang berjalan. Ia tidak perlu banyak bicara tentang kebaikan, karena kebaikan itu sudah memancar dari caranya memandang, tersenyum, dan bersikap,” ujarnya.
Sosok The Living Asma, lanjut Gus Salam, menenangkan orang yang gelisah, meneduhkan hati yang terluka, dan menyebarkan cahaya melalui kesederhanaannya. Kesadaran seperti ini tumbuh dari hati yang senantiasa berdialog dengan Allah, bukan dalam kata, tetapi dalam keheningan yang penuh makna.
“Di sana, ia merasakan bahwa setiap napas adalah dzikir, setiap detak adalah pengingat, dan setiap peristiwa adalah tanda kasih yang menuntun menuju keutuhan jiwa,” terang Gus Salam.
Ia menutup penjelasannya dengan menegaskan, bahwa The Living Asma adalah manusia yang telah menapaki jalan cinta Ilahi. Ia hidup bukan untuk membuktikan dirinya, tetapi untuk menjadi saluran rahmat Allah di dunia.
“Melalui kehadirannya, orang lain merasakan kelembutan, kedamaian, dan kebijaksanaan yang bersumber dari Allah.Bukan karena ia sempurna, tetapi karena ia telah rela menjadi cermin bening tempat sifat-sifat Allah memantul dalam kehidupan,” tandas Gus Salam YS. (AHQ)
