Kembali ke Allah Lewat Fitrah Suci, Gus Salam YS Paparkan Peta Ruhani AHQ


AHQNews — Kajian Asmaul Husna berbasis Metode AHQ (Asmaul Husna Qotient) di Kota Wonosobo, Jawa Tengah, makin mendapat hati bagi masyarakat. Pada rangkaian ketiga Safari Syiar AHQ di Rumah Makan Harmoni Kertek, Wonosobo, Rabu (26/11/2025), puluhan jemaah antusias mengikuti tausiyah dan dzikir bersama Gus Salam YS MPd, Konseptor dan Inovator AHQ.
Dalam kajian yang sarat energi kehangatan dan pencerahan, Gus Salam YS menegaskan lagi, bahwa perjalanan manusia menuju Allah tak bisa ditempuh hanya dengan semangat dan ibadah lahiriah.Melainkan, membutuhkan ilmu, pemetaan (mapping), dan penyembuhan ruhani.
Di hadapan jemaah, beliau menjelaskan bagaimana manusia sejak awal membawa fitrah suci, tujuan ilahiah dalam diri yang hanya ingin kembali kepada Sang Pencipta.
Lahir, Lupa, dan Terlena pada Dunia
Menurut Gus Salam YS, sejak turun ke dunia dan terlahir dari rahim ibu, manusia mulai memasuki fase lupa. Ajaran tentang Allah dikenalkan lewat orang tua dan guru, tetapi kegelisahan batin kerap tetap hadir. Manusia sholat, belajar agama, berdoa, namun hatinya masih gundah.
“Untuk kembali kepada Allah, kita butuh ilmu. Kita butuh mapping,” tegasnya.
“Tanpa peta, manusia mudah tersesat, sama seperti orang yang bepergian tanpa arah,” sambung Gus Salam YS.
Beliau menuturkan, dirinya pernah mengalami hal serupa, yakni bergerak tanpa peta ruhani hingga harus melewati berbagai rasa sakit sebagai cara Allah mendidik.
Tertutup Kecintaan Dunia
Gus Salam mengungkapkan, bahwa setiap orang membawa fitrah atau tujuan suci, cinta murni kepada Allah. Namun, perjalanan hidup membuat manusia banyak mencintai selain Allah, misalnya pasangan, harta, jabatan, dan pujian.
“Ketika cintanya tertancap pada dunia, maka ketika dunia itu hilang, manusia menderita,” jelasnya.
Cinta yang tidak seimbang inilah, lanjutnya, yang menimbulkan putus asa, sedih, atau kecewa. Karena itu, mencintai dunia tetap boleh, tetapi harus ditempatkan setelah cinta kepada Allah.
Gus Salam lalu mengajak jemaah memahami akar persoalan hidup bukan terletak pada pikiran semata, tetapi pada ruh. “Ruh sehat membuat hati tenang, damai, bahagia. Sedangkan Ruh sakit melahirkan sedih, kecewa, malas, putus asa, hingga trauma,” papar Gus Salam YS.
Luka ruh, katanya, disimpan di dalam otak dan membentuk pola seperti ketakutan, marah, atau rendah diri. Inilah yang dalam tradisi spiritual disebut hati yang sakit.
Penyembuhannya bukan lewat obat kimia, melainkan lewat cahaya Alla, yakni nur ilahi, yang masuk melalui zikir. “Ruh lebih utama disembuhkan daripada badan,” ungkapnya.
Asmaul Husna Sebagai Manajemen Hidup
Pada sesi utama, Gus Salam YS menyampaikan karya ilmunya hasil riset dan perjalanan ruhaninya selama lebih 23 tahun, yakni Asmaul Husna Quotient (AHQ) atau Kecerdasan Asmaul Husna (ilahi).
Disebuatkan, Asmaul Husna yang berjumlah 99 nama Allah, bukan hanya hafalan tetapi peta kebutuhan hidup. Setiap permasalahan punya nama Allah yang menjadi kunci pembuka. Di antaraya rezeki kepada ArRazzaq, Kesucian kepada Al Quddus, Keselamatan kepada As Salam, Kekuatan kepada Al Matiin, dan sebagainya.
“Kalau kita meminta kepada Allah, sebutlah namaNya sesuai kebutuhan,” ujar beliau, sambil mengutip QS Al A’raf: 180, tentang perintah berdoa dengan menyebut asmaul husna.
Aplikasi AHQ: Kompas Ruhani Generasi Baru
Sebuah terobosan besar Gus Salam YS, adalah menghadirkan Aplikasi Asmaul Husna AHQ Center di Play Store. Aplikasi ini menjadi pemandu bagi orang awam untuk mengetahui nama Allah mana yang sedang selaras dengan kondisi dirinya hari itu.
Beliau menyebutnya, ibarat ‘google maps ruhani’. Melalui fitur karakter dan bacaan spesifik, seseorang akan mengetahui sifat diri yang bersumber dari nama Allah tertentu, jenis ujian yang mengikuti, serta zikir apa yang menjadi solusi.
Dalam sesi tersebut, seorang jemaah yang terhubung dengan nama Allah Al Mu‘īd, yang menunjukkan sifat-sifat misalnya tanggung jawab, kejujuran, empati, dan kepedulian. Semua itu bukan kebetulan, melainkan pancaran sifat Allah dalam diri.
Ujiannya pun serasi, yaitu mudah dikhianati, sering dimintai tolong, atau terbebani tanggung jawab. “Inilah ilmu makrifat yang saya teknologikan, agar orang awam bisa mengenali dirinya dan mengenali Tuhannya,” ujar Gus Salam YS.
Gus Salam juga menjelaskan, bahwa banyak masalah hidup, rezeki seret, hubungan berantakan, hati mudah marah, bukan karena kurang usaha, tetapi karena adanya hijab antara hati manusia dan Allah.
“Ibarat sinyal ponsel yang hilang di antara gedung-gedung, hati yang terhijab tak bisa menangkap cahaya Allah, sehingga manusia menjadi mudah kecewa dan tersesat dalam perilaku. Hijab ini bisa terbuka dengan zikir, terutama Ya Rahman, Ya Fattah, zikir pembuka pintu-pintu rahmat, rezeki, dan cinta,” terangnya.
Saat menutup sesi kajian ini, Gus Salam YS mengajak jemaah mempraktikkan zikir pembuka untuk kelancaran rezeki, untuk membuka cinta keluarga dan pasangan, serta untuk melelehkan energi negatif dalam hati.
Dengan menundukkan kepala, menenangkan batin, dan menghadirkan Allah dalam hati, jemaah membacakan zikir ‘Ya Rahman, Ya Fattah…' sesuai kebutuhan masing-masing.
Praktik ini menjadi momen syahdu, di mana suasana majelis dipenuhi kesadaran, keheningan, dan rasa kembali kepada Allah. (AHQ)












