Kenyamanan dan Kedamaian Hati Itu Ada Ketika Bisa Hadirkan Tuhan Dalam Setiap Gerak Hidup Kita

Nama saya Ahmad. Sehari-hari saya sebagai tenaga pendidik di suatu sekolah. Pengalaman saya dalam AHQ-Asmaul Husna Quotient ini sangat luar biasa. Ada sebuah perjalanan saya yang ingin saya ceritakan, bukan hanya luar biasa tapi sangat keren sekali. Terjadi perubahan, setelah saya mendapatkan ilmu dari AHQ ini. Awal mulai itu adalah saya sebagai seorang pencari, di mana dulu saya sering baca-baca tasawuf untuk memotivasi bagaimana pembersihan diri. Waktu itu, saya belum paham banget tentang konsep pembersihan diri itu bagaimana. Nah, di dalam perjalanan kehidupan saya pada masa lalu, saya sebagai seorang Muslim Yang secara syariat itu taat. Misalnya, waktunya salat, ya salat, waktunya ngaji ya ngaji, puasa, ya puasa salat malam, ya salat malam. Di dalam perjalanan itu saya belum menemukan hal yang sedemikian rupa ini benar-benar terasa. Dalam diri saya masih terasa hampa, bahkan sampai saya itu juga mengikuti tarekat di sebuah majelis, agar beragama saya lebih meningkat. Dalam kajian tarikat itu hasilnya sama, artinya di dalam kajian majelis itu tak sedetail yang saya dapatkan sekarang ini. Artinya, saya datang ke suatu majelis mendengarkan, habis itu dapat amalan. Amalan itu saya jalani, tapi semakin saya jalanin amalan itu yang saya rasakan pada waktu itu masih terjadi kegundahan dan kegalauan dalam diri saya. Sampai akhirnya saya merasakan bosan. Kegalauan itu lama saya rasakan, sampai pada suatu waktu saya mengalami pada titik terendah. Waktu itu subuh, tiba-tiba saat saya merasa galau, dalam hati saya itu ada suara “Masa surga seperti ini, artinya hati saya masih punya sifat yang tidak baik. Tapi tidak tahu secara detail itu apa. Saya merasa kok ada sifat-sifat yang tidak baik, saya habis salat, ngaji, puasa, dan sebagainya, yang saya jalani kok saya masih punya sifat seperti ini.” Saat itu juga saya renungkan, saya pikirkan, masa kok surga seperti ini. Kayaknya tidak mungkin deh kalau surga itu seperti ini? Pasti ini ada yang salah di dalam diriku dalam saya menjalani agama, salat, puasa, dzikir dan lain sebagainya. Menurut hati saya, namanya surga itu penuh kenikmatan. Tapi, saya malah merasakan sesuatu yang kontra dari kenikmatan, hati justru kacau saya rasakan. Perjalanan pencarian ini saya mengalami kebuntuan dan kekosongan, karena agama yang saya jalani sekadar rutinitas saja. Namun, setelah itu saya berdoa, “Ya Allah, saya mohon kepada Engkau carikan Guru yang bisa ndandani (memperbaiki) hati.” Saya berdoa penuh keyakinan. Tak terlalu lama, akhirnya saya dikenalkan seorang teman di majelis yang dibimbing Gus Salam YS. Lalu, saya ketemu sama beliau dan mengikuti kajian-kajiannya. Beliau selalu menerangkan tentang asma, sifat, af’al, wujud, lalu menjelaskan bagaimana pembersihan jiwa dengan tazkiyatu nafs. Dari sini lah, saya langsung menyatakan, ini ilmu yang saya cari pada waktu itu. Beliau juga memberikan amalan, di antaranya Asmaul Husna. Saya dzikirkan amalan asmaul husna sambil saya aplikasikan. Nah, di sini saya merasakan ada nilai plus dalam kajian bersama Gus Salam. Beliau mengajarkan bahwa setiap amalan dan ilmu harus dipahami, lalu diterapkan juga dalam kehidupan hari-hari. Sehingga, akan ketemu dan merasakan fadilahnya. Alhamdulillah dalam kehidupan saya itu membuktikan, bahwa selalu ada bantuan Tuhan yang selalu membersamai diri saya, cahaya itu kelihatan sekali, rasanya dingin, nyaman. Ketika cahaya itu masuk dalam diri, pikiran terasa lapang, banyak muncul ide-ide yang tadinya buntu terasa seluas samudera, rasanya lapang banget. Melalui konsep Asmaul Husna (AHQ) ini, benar-benar membuktikan bahwa Allah itu selalu berada dimana pun kamu berada. Perjalanan saya dengan AHQ ini adalah suatu perubahan nyata dalam kehidupan baik secara ruhani dan dunia. Untuk mendapatkan kedamaian dalam diri, bagaimana kita harus selalu bersama bersama Allah. Nah, AHQ ini cara paling mudah bagaimana kita berjalan bersamaNya. (*)

STORY

Ahmad Yuana Sangaji, Seorang Pendidik Sekolah Asal Sleman Yogyakarta

7/20/20251 min baca