an empty swimming pool in a large building

Refleksi Dalam dzikir

JANGAN remehkan satu dzikir yang kau ulang dengan lemah, sebab mungkin di situlah tunas hidupmu sedang bertumbuh. Biarkan dzikir itu mengalir, meski perlahan, karena dalam setiap penyebutan Asma-Nya, ada satu hal yang sedang dilahirkan kembali, jiwa yang hidup, hati yang sadar, dan ruh yang pulang. يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ (QS Al Fajr: 27-30) Wahai jiwa yang tenang , kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku! (QS. Al-Fajr 27-30) Dalam dzikir, ruh belajar menyerap Nur Allah, sebagaimana tanah menyerap cahaya matahari dan air hujan. Dzikir bukan hanya suara yang keluar dari lisan, tetapi pancaran ke dalam jiwa. Ia menyelinap halus melewati celah-celah luka batin yang terdalam, masuk ke ruang sunyi dalam diri, dan mulai menyirami bagian-bagian hati yang telah lama tandus oleh dunia. Ia tak selalu tampak di luar, tak ada sorotan, tak ada gemuruh. Namun di dalam diri, neuron-neuron mulai tersambung, kesadaran mulai bertunas, dan harapan yang nyaris layu mulai mengangkat kepala. Perlahan, luka yang lama berdiam diri pun mulai melembut, dan hati yang dulu penuh keraguan, mulai kembali percaya pada Cahaya-Nya. Inilah keajaiban dzikir , ia tidak mengubah jiwa dengan gemuruh atau paksaan, tetapi dengan kelembutan yang konstan. Ia bekerja seperti embun yang jatuh setiap pagi hampir tak terdengar, tapi menyuburkan. Dan bagi jiwa yang sabar dalam mengulang Nama-Nya, dzikir akan menjadi ladang tempat kehidupan tumbuh kembali dari dalam, dalam bentuk yang lebih jernih, lebih tenang, dan lebih terhubung dengan Sang Pemilik Cahaya. (ahqnews)

RENUNGAN JIWA

Redaksi AHQNews

7/1/20251 min baca

KHUSYUK - Seorang peserta Workshop AHQ seusai melakukan dzikir.