AHQNews – Para Sahabat Cahaya Golden Shift Masterclass (GSM) Mind Shifting Batch #2 semakin menunjukkan semangat tinggi dalam perubahan diri. Hal itu terlihat saat pertemuan online (zoom meeting) pekan kedua pelaksanaan GSM Angkatan #2, Minggu (21/09/2025) malam.
Mochammad Muchsin, seorang Sahabat Cahaya GSM asal Kabupaten Malang Jawa Timur contohnya. Ia menyampaikan keinginannya untuk memperdalam proses dzikir Asmaul Husna di dalam sujud salat sunahnya.
“Apakah secara teknis saya boleh memperdalam dzikir Asma saya di sujud salat sunah saya, Gus?” ungkap Muchsin bertanya kepada Konseptor GSM AHQ Center Indonesia, Gus Salam YS.
Hal serupa diungkapkan MK Paridi, Sahabat Cahaya GSM asal Nusa Tenggara Barat. Ia menuturkan merasakan getaran-getaran dahsyat saat menjalankan dzikir Asma pada pekan pertama dimulainya program unggulan dari AHQ Center Indonesia ini.
“Sejak pertama mengikuti dan menjalankan panduan GSM ini, saya langsung merasakan getaran-getaran dalam diri saya luar biasa dari dzikir itu. Tapi, pada hari-hari berikutnya kurang ada getaran itu. Apa ada yang salah atau kurang dalam menjalani proses ini ya, Gus?” tanya sosok yang dikenal sebagai salah seorang Tuan Guru di NTB itu.
Menanggapi pengalaman-pengalaman para peserta GSM Mind Shifting Batch #2 Level 1 tersebut, Gus Salam YS pun menyampaikan penjelasan secara detail.
“Saya selalu berdoa dalam sujud salat saya. Pada setiap rakaat terakhir salat, saya memperlama sujud saya dengan berdoa. Jadi, boleh saja kita berdoa atau berdzikir dalam sujud salat,” papar Gus Salam YS.
“Ketika ada yang kurang dalam proses perjalanan dzikir ini, kita perlu memperkuat dengan lafaz Istiqomatu biqolbi wadhahiri wasifati wa af’ali, wa asma’I, wawujudi, wakalami, waruhi. Tujuh komponen dalam diri kita syahadatkan, sehingga secara lahir dan batin, total mengamalkan proses dizikir Asma ini,” sambungnya.
Pada pertemuan online Minggu malam itu, Gus Salam YS menyampaikan materi tentang dua kategori perubahan diri pada manusia (secara lahir maupun batin). Yakni, Perubahan Semu (Sementara) dan Perubahan Sejati (Permanen).
Ia menyebutkan, setiap manusia ingin mengubah diri menjadi lebih baik, namun dalam faktanya banyak yang masih bersifat sementara (semu). Artinya, perubahan diri yang dilakukan hanya berhenti pada permukaan.
“Perubahan ini tak bertahan lama, karena tak mengakar pada kesadaran dan nilai-nilai inti. Contoh,seseorang rajin salat hanya saat menghadapi masalah, atau berhenti dari kebiasaan buruk hanya saat diawasi,” ucap Gus Salam YS.
Gus Salam YS menyebut, bahwa hal itu merupakan wujud karakteristik seseorang yang hanya melakukan perubahan semu alias sementara. Ia mudah berubah kembali ke kebiasaan lama ketika godaan atau ujian datang, karena pondasi dalamnya belum kokoh.
Sementara seseorang yang mencapai Perubahan Sejati, akan melakukan perubahan dari dalam hati dan pikiran terdalam, sehingga menghasilkan transformasi jangka panjang. Hal itu terjadi, karena kesadaran (awareness) yang lahir dari pemahaman mendalam, refleksi dan hidayah Allah.
“Biasanya ini didukung oleh niat yang ikhlas, kemauan yang kuat, dan komitmen yang berkelanjutan. Ia tak bergantung pada situasi atau pengaruh luar, justru ia mampu memengaruhi lingkungan di sekitarnya,” jelasnya lagi.
Perubahan sejati itu telah diisyaratkan dalam Alquran Surat Ar Ra’d (13) ayat 11. Yakni, ‘Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.’
“Ayat ini mengisyaratkan, bahwa perubahan sejati dimulai dari dalam (hati, iman, dan kesadaran), bukan sekadar penyesuaian perilaku luar,” tandas Gus Salam YS. (AHQ)

